Cari Blog Ini

Minggu, 18 Desember 2011

Pesan dari Novel “Perempuan Berkalung Sorban” (Abidah el Khalieqy)

  • Ukuran keadilan dalam poligami seharusnya dinilai oleh perempuan, bukan oleh laki-laki.
  • Sebagai perempuan kita harus sadar bahwa tubuh yang kita miliki adalah milik kita sendiri yang perlu kita hargai setinggi-tingginya.
  • Perempuan harus mampu membuat pilihan dan menyiapkan diri untuk maju mandiri.
  • Pengalaman pahit dan penderitaan harus dijadikan landasan dan penguatan yang membuat perempuan makin bijak dalam menyongsong hari esok, bukan menyerah kalah.
  • Di dunia ini, semua yang diciptakan oleh Allah, apa pun jenis kelaminnya, baik laki-laki atau perempuan, semuanya sama baiknya, sama bagusnya dan sama enaknya. Sebab Allah juga memberikan kenikmatan yang sama pada keduanya. Tinggal bagaimana kita mensyukurinya.
  • Berbohonglah atau ungkapkan sesuatu dengan kalimat lain yang membuat lawan bicaramu menyukai sesuatu yang sebenarnya tidak disukainya. 
  • Jilbab adalah syarat popularitas dan upaya pencegahan pelecehan bagi perempuan.
  • Terhormat tidaknya seseorang tergantung bagaimana sikapnya dalam bergaul. Dan sikap ini meliputi banyak hal, banyak segi, seperti cara berbicara, cara berpakaian dan cara bersopan santun.
  • Seseorang tidak bisa disalahkan atau dibenarkan jika melakukan sesuatu dalam kondisi terpaksa. Tetapi kita harus memiliki sikap yang jelas terhadap sesuatu.
  • Diam belum tentu berarti iya. Diam bisa saja karena tidak setuju tapi kita takut mengatakannya.
  • Antara suami dan istri haruslah komplementer, saling melengkapi, tidak main tunjuk dan main perintah atas dasar kewajibanku dan kewajibanmu.
  • Dalam hal memilih jodoh, sebaiknya yang bersangkutanlah yang paling berkompeten untuk menentukan. Sebab merekalah yang nantinya akan menjalani.
  • Adanya kebebasan untuk memilih mengajarkan kita untuk memiliki rasa tanggungjawab.
  • Jangan terlalu memilih, sebab idealnya pilihan itu hanya ada dalam khayalan.
  • Dalam sebuah pernikahan, anak bukanlah tujuan utama. Tetapi kedamaian hati, ketentraman dan sikap tuma’ninah dalam hidup bermasyarakat.
  • Anak bukanlah tujuan utama pernikahan. Dan seseorang memiliki hak untuk menentukan, harus punya anak atau tidak.
  • Malu yang tidak pada tempatnya lebih bahaya daripada orang yang tidak punya rasa malu.
  • Ketakutan yang tidak pada tempatnya akan merugikan diri sendiri dan orang lain.
  • Peristiwa demi peristiwa yang kita lewati dalam hidup adalah halaman demi halaman ilmu yang tengah kita baca dan coba mengerti, hikmah apa yang dikandung olehnya.
  • Allah Maha Adil. Sekalipun keadilannya memerlukan rentang waktu yang panjang untuk dapat dipahami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar